Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan. Sejak awal
kita kuliah di fakultas keguruan dan dapat gelar S.Pd kita sudah berniat untuk
menjadi seorang guru. Menjadi guru tidaklah semudah yang dibayangkan, tinggal
mengajar dan dapat bayaran besar, itu mungkin salah satu pikiran kita saat mau
daftar di fakultas keguruan. Mungkin saja itu juga permintaan dari orang tua
kita.
Apapun itu, kita sekarang sudah menjadi seorang guru,
entah itu guru honorer maupun sudah PNS. Walaupun perbedaan gajinya bagaikan
bumi dan langit, yang penting niat kita ikhlas ingin mengabdikan hidup kita
bagi dunia pendidikan. Yakinlah Allah Maha Mengetahui apa yang kita
kerjakan dan tidak ada hal kebaikan yang akan sia-sia. Insya Allah itu akan
jadi amal jariyah bagi kita yang pahalanya terus mengalir. Karena sejak awal
jalan itu yang kita pilih, jangan pernah menyesal untuk menjadi seorang guru,
karena guru adalah pekerjaan yang mulia.
Saya sangat memaklumi ada sebagian besar guru honorer
yang mengeluh gajinya kecil, tidak cukup menghidupi keluarga padahal
pengabdiannya sudah bertahun-tahun. Saya sendiri juga pernah merasakan hal itu,
karena saya sendiri juga guru honorer yang tidak mendapatkan tunjangan apapun
kecuali gaji dari sekolahan. Tapi semuanya kembali pada niat kita awal. Kita
menjadi guru karena ingin memperoleh hidup yang layak apa ingin mengabdikan
ilmu kita.
Dosen saya pernah berkata ” kalau ingin kaya jangan jadi
guru tapi jadilah pengusaha”. Dari
kata-kata beliau dapat diambil hikmah bahwa menjadi guru harus disertai
niat ikhlas tanpa pamrih dan bukan ajang untuk cari kekayaan ataupun cari
gengsi dimasyarakat. Bukannya saya munafik tidak butuh uang, tidak sama sekali.
Uang adalah kebutuhan yang sangat urgen bagi kehidupan.
Tapi ada banyak cara untuk mendapatkan rejeki Allah kalau kita mau berusaha dan
memanfaatkan peluang yang ada. Bukannya hal yang mustahil jika menjadi guru
sambil berwirausaha. Inilah sebenarnya anugerah tersembunyi yang diberikan
Allah kepada kita. Disaat orang terdesak akan kebutuhan hidupnya sedangkan dari
hasil mengajar sangat tidak mencukupi, maka akan muncul 1001 ide bagaimana cara
mendapatkan penghasilan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Disinilah
muncul ide-ide kreatif kita, misalnya membuat bros untuk dijual (pengalaman
pribadi nih, hehe), beternak ayam, membuat warung makan, membuka catering,
mencoba menulis untuk dikirim di media (masih dalam rencana dan belajar),
membuka les, jual beli online yang saat ini sedang banyak diminati dan masih
banyak yang lainnya.
Sekedar saran, Anda bisa membaca buku-buku biografi
pengusaha sukses seperti Khairul Tanjung, dengan demikian Anda akan
termotivasi untuk berwirausaha. Hitung-hitung bisa mengurangi pengangguran,
siapa tau malah bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Hebat kan?
Kalau tidak terdesak kebutuhan ekonomi apa mau kita bersusah payah merintis
usaha? Kita positif thinking aja, kita belum bisa jadi PNS karena
kita ingin dididik dan ditempa agar kita menjadi orang yang kreatif.
Janganlah kita minta dikasihani karena kita sudah
mengabdi lama kok ga diangkat-angkat. Sehingga pemerintah merasa guru honorer
merepotkan dan akhirnya membatasi guru honorer karena takut menuntut diangkat
jadi PNS. Soalnya hal yang tidak mungkin juga kan mengangkat semuanya, butuh
proses dikarenakan guru honorer banyak sekali, semua terkait dana APBN. Disini
saya bukannya membela pemerintah tapi itu kenyataannya, kita tidak bisa
“ngejebne” pemerintah karena honorer sekarang dan dulu sangat berbeda jauh
dalam hal kuantitas. Kita sebagai guru honorer harusnya bisa menunjukkan
wibawa kita dengan memperlihatkan skill kita, loyalitas kita dan kemandirian
kita agar kita tidak diremehkan lagi dan orang bisa melihat kita bukan dengan
pandangan memelas/mesakne tapi bangga dengan kita.
Sebuah pelajaran dapat kita ambil dari Bu Een, seorang
guru yang terus mengabdikan ilmunya walaupun kondisinya lumpuh. Beliau tetap
semangat mengajar dalam keterbatasan yang dimilikinya. Beliau senang kalau
anak-anak jadi pintar dan semangat dalam belajar. Semangat itulah yang
seharusnya kita contoh dan kita ikuti. Buah dari keikhlasan dan pengabdiannya,
Bu Een akhirnya bisa mewujudkan impiannya yaitu pergi ke istana negara. Bahkan
didampingi oleh Bapak SBY serta petinggi-petinggi negara lainnya. Kita sebagai
guru bangga juga kan terhadap Beliau?
Jadi sekali lagi saya ungkapkan, tidak ada hal kebaikan yang kita
lakukan akan sia-sia. Semua ada balasannya, pahala sudah pasti, amal
jariyah yang akan terus mengalir, kepuasan kita saat melihat anak didik kita
menjadi anak yang pintar dan sukses, rejeki yang barokah, dan insya Allah
kebaikan akan mengiringi setiap langkah kita. Amiin,,,,
( by: Diannita / Ratna Dewi )
No comments:
Post a Comment