DIKTI-
“Ini pemenuhan janji kami sesuai permintaan publik tentang jaminan PNS kepada
peserta SM-3T.”
Hal
ini disampaikan Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Prof. Supriadi Rustad
dalam pertemuan pers bersama beberapa media di sesela acara “Penerbitan Usulan
SK dan NIP bagi CPNS Guru Formasi SM-3T”, di Hotel Menara Peninsula, Jakarta,
Kamis (26/3).
Pernyataan
Rustad dibuktikannya dengan mengundang 29 Perangkat Pemerintah Daerah di
Indonesia untuk memproses penerbitan SK dan NIP bagi guru alumni SM-3T angkatan
pertama. Sejak Senin (23/3), mereka berkumpul untuk menuntaskan legalitas
status guru formasi khusus tersebut sehingga segera dapat berkarya di sekolah
penempatan masing-masing.
Upaya
ini sekaligus menjadi bukti bahwa nilai tawar bagi peserta Program Sarjana
Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) telah terakui.
Sejak 2011, program yang dicanangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ini
telah memberangkatkan sebanyak 10.452 sarjana untuk mengabdi dalam upaya
mempercepat pembangunan pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal
(3T).
“Mereka
sudah kenyang pembekalan. Hidup di pulau terpencil dengan akses sulit selama
satu tahun itu tidak gampang,” tambah Rustad.
Dari
1224 calon guru formasi khusus SM-3T yang terjaring, 809 diantaranya sudah siap
ditempatkan karena formasi dan lokasi sudah tersedia. Sedangkan sisanya masih
menunggu teknis kesesuaian formasi dengan bidang studi. Dari jumlah tersebut,
formasi guru sekolah dasar menempati urutan prioritas terbesar, hampir 60
persen. Sisanya diperuntukkan bagi guru bidang studi. SK dan NIP bagi mereka
sudah tuntas tercetak dan berlaku per 1 April 2015. Mereka tersebar antara lain
di tiga provinsi utama yaitu NTT, Aceh, dan Papua.
Sekretaris
Daerah Lanijaya, Papua, Christian Sohilait mengatakan pihaknya telah
menyediakan fasilitas terbaik untuk guru-guru formasi SM3T ini. Daerah ini
mendapatkan distribusi 21 guru yang siap bekerja pada jenjang SD, SMP, dan SMA.
“Sebab
SM-3T bagi kami adalah sekutu pendidikan, sebab Papua sangat butuh banyak guru,
dan mereka akan membuat kami menang minimal dengan bisa menulis dan membaca,”
ujarnya optimistis. (nrs)di Kutib.Dikti (26 Maret 2015)
No comments:
Post a Comment