Tuesday, 31 March 2015

PELUANG USAHA UNTUK GURU HONORER


Peluang Usaha Untuk Guru Honorer, Sukwan (Guru Non PNS) – Berbahagialah Anda jika Anda berprofesi sebagai seorang Guru. Guru adalah profesi yang sangat mulia karena berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan pernah berkecil hati meskipun Anda seorang guru honorer, sukwan ataupun guru non pns lainnya.

Memang keadaan di Indonesia saat ini sangat tidak berpihak pada guru yang bukan PNS. Jika kita membaca di berbagai berita baik online maupun media yang lainnya, hanya cerita penderitaan dari gaji guru honorer atau sukwan yang terdengar. Masih banyak guru yang bergaji 300 rb, 200 ribu dan bahkan ada yang bergaji 50 ribu. Jika Anda termasuk bagian dari guru sukwan atau guru honorer tersebut, sebaiknya jangan hanya diam berpangku tangan saja. Cobalah lebih kreatif dan memanfaatkan peluang yang ada. Di bawah ini ada beberapa peluang usaha untuk duru honorer, sukwan atau guru non pns yang patut Anda coba.

1. Membuka Usaha Les Atau Bimbingan Belajar
Yang paling mudah dan mungkin untuk Anda kerjakan sebagai kerja sampingan adalah dengan membuka les atau bimbingan belajar. Manfaatkan saja rumah untuk membuka bimbingan, jika belum mempunyai pelanggan Anda bisa memulainya dengan murid Anda sendiri.

2. Menjual Buku Pendukung Pelajaran
Usaha yang sangat menjajanjikan jika Anda mempunyai jaringan guru yang luas. Buku pendukung pelajaran atau LKS saat ini sangat dibutuhkan oleh semua guru. Manfaatkan jaringan pertemanan guru yang sudah Anda punyai untuk memasarkan buku dagangan Anda.

3. Buka Usaha Warung Kopi
Mungkin sedikit melenceng dari profesi guru Anda, namun usaha ini sangat prospektif jika Anda kerjakan. Selain itu kelonggaran waktu juga bisa Anda manfaatkan sebaik – baiknya untuk membuka warung kopi. Omzet untuk warung kopi juga tidak main – main, karena jika warung kopi yang Anda kelola berjalan bisa menjadi penopang ekonomi Anda.

4. Berbisnis Atau Kerja Online
Berbisnis atau bekerja secara online merupakan pilihan yang sangat bagus untuk Anda kerjakan. Ada banyak pekerjaan yang bisa Anda kerjakan secara Online, seperti misalnya berjualan secara online, menjadi freealncer pada sebuah proyek. Dan masih banyak lagi yang lainnya.


Jadi pak dan bu guru yang belum pns, jangan menggantungkan nasib Anda pada pemerintah saja ya, jadilah seorang guru yang kreatif dan pantang menyerah.dikutib.Info Guru ( 30 Maret 2015)

Oleh : Nabila Nusadina

1224 ALUMNI SM3T KANTONGI SK CPNS


DIKTI- “Ini pemenuhan janji kami sesuai permintaan publik tentang jaminan PNS kepada peserta SM-3T.”
Hal ini disampaikan Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Prof. Supriadi Rustad dalam pertemuan pers bersama beberapa media di sesela acara “Penerbitan Usulan SK dan NIP bagi CPNS Guru Formasi SM-3T”, di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Kamis (26/3).
Pernyataan Rustad dibuktikannya dengan mengundang 29 Perangkat Pemerintah Daerah di Indonesia untuk memproses penerbitan SK dan NIP bagi guru alumni SM-3T angkatan pertama. Sejak Senin (23/3), mereka berkumpul untuk menuntaskan legalitas status guru formasi khusus tersebut sehingga segera dapat berkarya di sekolah penempatan masing-masing.
Upaya ini sekaligus menjadi bukti bahwa nilai tawar bagi peserta Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) telah terakui. Sejak 2011, program yang dicanangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ini telah memberangkatkan sebanyak 10.452 sarjana untuk mengabdi dalam upaya mempercepat pembangunan pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
“Mereka sudah kenyang pembekalan. Hidup di pulau terpencil dengan akses sulit selama satu tahun itu tidak gampang,” tambah Rustad.
Dari 1224 calon guru formasi khusus SM-3T yang terjaring, 809 diantaranya sudah siap ditempatkan karena formasi dan lokasi sudah tersedia. Sedangkan sisanya masih menunggu teknis kesesuaian formasi dengan bidang studi. Dari jumlah tersebut, formasi guru sekolah dasar menempati urutan prioritas terbesar, hampir 60 persen. Sisanya diperuntukkan bagi guru bidang studi. SK dan NIP bagi mereka sudah tuntas tercetak dan berlaku per 1 April 2015. Mereka tersebar antara lain di tiga provinsi utama yaitu NTT, Aceh, dan Papua.
Sekretaris Daerah Lanijaya, Papua, Christian Sohilait mengatakan pihaknya telah menyediakan fasilitas terbaik untuk guru-guru formasi SM3T ini. Daerah ini mendapatkan distribusi 21 guru yang siap bekerja pada jenjang SD, SMP, dan SMA.
“Sebab SM-3T bagi kami adalah sekutu pendidikan, sebab Papua sangat butuh banyak guru, dan mereka akan membuat kami menang minimal dengan bisa menulis dan membaca,” ujarnya optimistis. (nrs)di Kutib.Dikti (26 Maret 2015)

Guru yang belum Sertifikasi Dilarang Mengajar


Guru-guru yang tidak bersertifikasi dan tidak S1 sampai Desember 2015, sesuai ketentuan UU dilarang mengajar.
Guru yang belum sertifikasi atau belum memiliki sertifikat pendidik profesional yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bakal dilarang mengajar. Batas akhir ketentuan guru harus bersertifikasi dan mengantongi ijazah sarjana (S1) ini tinggal beberapa bulan lagi.
Kepala Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Kemendikbud, Syawal Gultom mengatakan sesuai UU Guru dan Dosen, seluruh guru yang belum S1 harus menyelesaikan pendidikannya dengan batas akhir Desember 2015, jika tidak mereka dilarang mengajar, ini agar indeks kompetensi guru jelas.
"Guru-guru yang tidak bersertifikasi dan tidak S1 sampai Desember 2015, sesuai ketentuan UU dilarang mengajar. Tapi, kami harus hati-hati melaksanakan ini karena bisa menyebabkan terjadinya kekurangan guru, kutip dari JPNN (30/03/2015).

Sunday, 29 March 2015

SM3T MembawaKu ke Papua


distrik kurima
Merantau bukan pengalaman pertama dalam kehidupan saya, itulah mengapa saya yakin ikut program SM3T yang di selenggarakan oleh Dikti lewat LPTK Unnes Semarang. Awalnya sulit menyakinkan kedua orang tua, karena saya pernah gagal merantau di tanah Kalimantan Selatan. “Tidak usah to le, nanti seperti yang dulu ga’ krasan terus jual motor untuk pulang” ibu saya berkata demikian, tetapi tekat merantau saya sudah bulat. Saya berkata pada ibu” ini kan program Dikti to bu, jadi ada jaminan dan gaji yang tetap dan juga semua biaya pulang pergi di tanggung serta dapat bonus PPG bu”. Kami terus berdialog dan saya berusaha menyakinkan kedua orang tua. Perlu di maklumi bahwa saya adalah anak tunggal makanya ibu sangat khawatir jauh dari saya. Keyakinan saya yang menggebu – gebu meluluhkan hati bapak dan ibu, dan akhirnya saya di ijinkan untuk ikut SM3T. Alhamdulillah saya berkata dalam hati, rasanya senang sekali bisa berpetualang lagi biarpun tak tahu nanti ditempatkan dimana.
Pendaftaran on line sudah saya lakukan dan akhirnya saya lolos dalam seleksi tahap satu yaitu tes administrasi, ucap syukur selalu terucap dalam mulut saya. Selanjutnya tes tahap dua yaitu tes on line di laboraturium Unnes, disana saya ketemu dengan kawan – kawan dari kampus UKSW Salatiga yang juga ikut seleksi dan Alhamdulillah saya lolos lagi. Saat yang di nantikan adalah tes tahap tiga sekaligus tes penentu yaitu tes psikotes dan wawancara. Lagi –lagi saya ucapkan Alhamdulillah karena saya lolos tes tahap akhir dan saya keterima sebagai peserta prakondisi dan siap untuk di berangkatkan di tempat tugas.
prakondisi sm3t
Diluar dugaan bahwa kegiatan prakondisi dilaksanakan di kota Salatiga, dimana kota tempat saya kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. Ini merupakan Suatu kehormatan bahwa peserta SM3T dari berbagai kampus bisa datang di kota Salatiga, kota yang dingin dan banyak kenangan bagi saya. Tepatnya tanggal 1 - 12 Agustus 2013 dilaksanakan prakondisi sebelum diberangkatkan ke tempat tugas, dimana peserta ditempa berbagai keahlian sesuai bidang study dan ketrampilan – ketrampilan lain sesuai daerah penempatan. Ada yang selalu saya dan teman-  teman nantikan saat prakondisi yaitu pengumuman dimana kami akan di tugaskan. Pada hari kedelapan prakondisi tepatnya pagi hari, barulah ada pengumuman yang ditempel di depan aula. Hati ini terasa berdetak kencang saat mengetahui hal itu, dan akhirnya saya melihat pengumuman, tak di sangka saya ditempatkan ditempat yang angkatan 1 dan 2 belum pernah ditugaskan disana yaitu papua, tepatnya di Kabupaten Yahukimo. Setelah pengumuman, teman sekamar pun sudah tahu bahwa saya ditempatkan di papua, dan ada 4 teman lainnya sebut saja Juned, Viktor, Zaenal, dan Candra yang sekamar dan ditempatkan di Papua. Entah kenapa kami yang ditempatkan di Papua selalu menjadi bahan ejekan, seperti menakuti kami kalau disana semua barang mahal, gaji bisa habis, orangnya primitive, dan lain sebagainya. Padahal kami yang ditempatkan di Papua membutuhkan support atau dukungan dari lingkungan keluarga dan teman – teman. Tak hanya teman – teman saja, tetapi banyak godaan sebelum berangkat ke Papua seperti  saat dirumahpun ada keluarga dari  Ayah yang mengingatkan kalau tidak usah dilanjutkan dan di suruh untuk cari kerja yang lain saja, tapi saya yakin dan mantab, bahwa saya bisa untuk berjuang mencerdaskan anak didik di Papua dan bisa bertahan di bumi Papua dengan segala resiko yang ada.
bandara sentani jayapura
Pada tanggal 25 Agustus 2013 saya diberangkatkan ke Papua bersama teman – teman angkatan tiga dengan membawa tekat yang berapi – api untuk berjuang mencerdaskan bangsa Indonesia di bagian Timur. Melalui kampus Unnes pada pagi hari saya berangkat menggunakan bus menuju Jakarta, sekitar waktu magrib saya sampai di bandara Soekarno – Hatta. Penerbangan dengan Lion Air di mulai pukul 23.00 dan sampai di bandara Sentani, Jayapura sekitar pukul 06.00 waktu Indonesia Timur. Setibanya di sentani saya terkejut bahwa keadaan bandara yang terbilang kecil untuk setingkat Propinsi dan minim fasilitas serta melihat kebiasaan orang – orang asli Papua yang mengunyah pinang membuat saya geli dan risi. Karena pesawat menuju Dekai, Yahukimo delay maka penerbangan ditunda dan dilanjutkan besuk pagi. Pada keesokan harinya saya terbang dengan pesawat Trigana Air menuju Yahukimo, taka lama kemudian sekitar 45 menit sampailah di kota Dekai, Kabupaten Yahukimo tempat dimana saya akan mengabdi Selama satu tahun.
distrik kurima
Kurima merupakan bagian distrik dari kabupaten Yahukimo yang letaknya berdekatan dengan kota Wamena kabupaten Jayawijaya. Disinilah kami bersebelas orang memulai pengabdian menjadi guru SM3T, setelah diberangkatkan pada tanggal 3 Januari 2014 melalui penantian yang panjang karena kurang lebih ada tiga bulan lamanya saya menunggu kepastian sambil mengabdi di SD Metanoya. Setibanya di wamena saya kagum melihat kemajuan kota wamena dari segi infrastruktur jalan maupun kendaraan yang sangat banyak, padahal jalan menuju Wamena hanya bisa di lalui lewat udara.  Kondisi cuaca di wamena sangat dingin karena diapit oleh pegunungan serta hembusan angin kurima yang selalu datang ke kota.
Bapak pengawas yang mengantar kami mengatur penempatan dan serah terima untuk mengajar di sekolah – sekolah yang ada di Distrik Kurima. Hari pertama kami survey tempat serta koordinasi lapangan dengan kepala sekolah, setelah itu membuat keputusan kapan kegiatan resmi untuk serah terima kami ke sekolah – sekolah yang telah ditentukan. Tibalah hari serah terima kami, yang di hadiri oleh guru – guru mulai dari SD sampai SMA. Tata acara pun dimulai dari sambutan sampai penutup acara, dan akhirnya masing – masing kepala sekolah atau yang mewakili membawa kami untuk melihat sekolah  masing – masing serta mengatur kapan mulai masuk mengajar di sekolah. Tapi masih ada masalah mengenai bagaimana kami menginap nanti, karena pada umumnya ada rumah tapi tidak ada fasilitasnya, sedangkan dinas terkait tidak memberikan bantuan kepada sekolah untuk memberikan fasilitas minimal perabot alat memasak. Secara kebetulan untuk penempatan di SD menawari kami untuk tinggal di sana, dan sudah ada fasilitas perabot alat masak serta alat tidur biarpun minim, sehingga kami hanya menambah beberapa kekurangan yang ada. Jadi kami bertujuh dari SM3T Unnes bertempat tinggal di perumahan SD YPK Polimo, adapun yang 4 orang dari UNIMED menginap di perumahan SMP Kurima.
sungai distrik kurima
Saya bertugas di SD YPK Polimo yang terletak di antara 2 bukit dan di pinggir sungai Baliem yang berada di kampung Heme Distrik Kurima. Sekolah berada tepat terletak di ibu kota kecamatan/ Distrik Kurima. SD YPK Polimo hanya memiliki 97 siswa yang terbagi dalam enam  kelas  yaitu kelas I, II, III, IV , V dan VI. Sekolah ini  didirikan pada  tahun 1970. SD YPK Polimo  memiliki pendidik dan karyawan sejumlah 14 orang, jumlah tersebut terdiri dari 12 orang PNS dan 2 orang GTT. Jumlah guru pada sekolah ini terbilang cukup.
Kondisi gedung sekolah masih tergolong baik. Sekolah memiliki 6 ruang belajar dan 1 ruang kantor dan ruang kepala sekolah. Jumlah rombel yang ada adalah 6 rombel. Alat peraga, media,  dan buku pelajaran  sangat kurang. Kurangnya buku pelajaran itu yang mempengaruhi terhambatnya kegiatan belajar mengajar.
Sebagian besar siswa SD YPK Polimo kurang disiplin dalam hal berpaikaian. Banyak siswa yang tidak memiliki pakaian seragam lengkap, seperti sepatu, ikat pinggang, dan atribut yang lain. Siswa tidak terbiasa mandi saat berangkat sekolah karena daerah yang dingin. Prestasi belajar siswa juga masih tergolong rendah, wawasan siswa sangat sempit, mereka cenderung cepat lupa, mudah bosan dan mudah capek. Daya serap siswa akan pelajaran tergolong kurang karena siswa hanya belajar di sekolah saja, sepulang sekolah siswa membantu orang tua bekerja di kebun, dan pada malam harinya mereka tidak bisa belajar karena sudah capek dan juga tidak ada listrik.
guru distrik kurima
Sebagian besar guru terlambat saat datang ke sekolah karena sebagian besar guru tinggal di kota Wamena. Jarak yang di tempuh guru sampai ke sekolah rata – rata 28 Km, kurang lebih hampir satu jam dengan modal transportasi taxi berupa mobil kijang atau pix up yang diberi box. Biaya untuk pulang pergi dari sekolah kekota bisa menghabiskan uang 50 - 75 ribu perhari, sehingga banyak sebagian guru yang berpikir ulang untuk masuk rutin tiap hari kerja. Selain itu, tantangan yang di hadapi guru yaitu harus melawati sungai yetni yang sering banjir dan dapat membahayakan nyawa. Jadi dengan alasan itulah kondisi pendidikan di dsitrik kurima secara umum masih jauh dari harapan. Saya hanya berharap bahwa suatu saat perjuangan saya dan teman – teman sekarang membawa manfaat bagi kemajuan dalam bidang pendidikan di tanah Papua khususnya di daerah penempatan saya. Itulah goresan tinta pengalaman yang dapat saya bagikan, semoga bermanfaat, Amiin.

By : Hadi Siswanto, S.Pd
Pengalaman Pribadi

Monday, 16 March 2015

Wisata Bukit dan Air Terjun Hitigima, Jayawijaya


Liburan telah tiba….itulah ungkapan rasa senang yang kita ungkapkan. Pada hari kamis 8 januari 2014, dimana teman – teman dari SM3T Unimed datang ke Wamena, kabupaten Jayawijaya untuk berwisata.  Rencana demi rencanapun sudah terjadwal, sungguh luar biasa…mereka pun mengajak kami, tetapi hanya aku yang bersedia, karena kapan lagi bisa melewatkan suatu kebersamaan dan menikmati keindahan alam Pegunungan tengah Papua. Petualanganpun dimulai, pada pukul 15.00 WIT kami berangkat dengan porsonil kurang lebih 15 orang menuju Hitigima. Dengan dipandu oleh kawan dari SM3T Unmul asal medan sebut saja Iren, kami berjalan kaki dari Potikelek sampai ke pasar Woma untuk naik Taxi atau angkutan menuju Hitigima. Sebenarnya ada alat transportasi seperti becak atau ojek menuju pasar Woma, tetapi kawan – kawan lebih memilih jalan kaki, karena jaraknya tidak begitu jauh.
Akhirnya dapat 1 angkutan dan dicarter dengan rincian dana per orang 15 – 20 ribu untuk sekali jalan. Perjalananpun dimulai, dimana bukit – bukit selalu mengiringi di setiap sudut jalan menuju Hitigima. Tak lama sekitar 20 menit sampai di sekolah penempatan kawan dari Unmul yaitu Kadir dan Ferdinan tepatnya SD YPPK Hitigima. Begitu tiba di SD pada pukul 16.00 WIT kamipun istirahat sejenak dan berfoto ria, kemudian bersiap untuk naik bukit Hitigima. Jalan setapak demi setapak kami lalui dan melihat sekeliling rumah warga dan segala aktifitasnya seperti berkebun, berburu dan mengambil air di sungai. Perjalananpun begitu menanjak dan medannya cukup membuat lelah, biarpun tak seberat menaiki puncak gunung.
Setelah berjalan kaki sekitar 1 jam lebih sampailah di atas  bukit, tetapi  saat kawan – kawan masih menuju keatas bukit yang paling tinggi lagi, aku dan 2 kawan yang lain tidak melanjutkan karena aku merasa di sinilah pemandangan yang paling bagus.  Jrenggg….inilah saatnya berfoto ..haaa…silahkan di saksikan sendiri bagaimana kedahsyatan alam Papua melalui dokumentasiku.









Pada hari berikutnya yaitu 9 Januari 2014, kami melanjutkan petualangan kami, dengan di pandu bang Kadir dkk…tapi sungguh luar biasa, pagi hari kami diberikan sarapan pagi oleh kawan – kawan dari Unmul, terima kasih Iren ma Lian….sungguh kebersamaan itu sangatlah indah untuk di rasakan dan di kenang.
Sebelum berangkat untuk menuju air terjun, kamipun membantu untuk mengambil air dan mencuci piring sekalian untuk melihat keindahan sungai Hitigima yang jernih dan berbatu. Nah inilah hasil jepretennya….silahkan dilihat kenarsisan kami….heee


Pada pukul 10.00 WIT petualanganpun berlanjut, seakan tubuh ini punya kekuatan super karena begitu semangatnya untuk mengabadikan setiap moment..heee…maklum orang narsiss…
Perjalanan diperkirakan akan ditempuh sekitar 2 jam untuk sampai di air terjun desa Air Garam. Sungguh luar biasa pemandangan selalu mengiringi perjalanan demi perjalanan. Penyakit narsispun mulai timbul saat melihat batu yang sangat besar….aku dan lisda seolah berlomba untuk sampai duluan kebatu tersebut….dan brakkk….terjadilah sebuah inseden yang tak pernah kulupakan sampai sekarang, sebab kakinya lisda terkilir saat lompat ketanah, saat itulah aq merasa sedih dan bersalah..heee..tapi semangat tak boleh menyerah., walaupun kaki terkilir dan jalanpun semakin lambat, kamipun selalu setia menunggu…bak ibarat perjuangan film 5 cm…wah andai saja di filmkan….he..ngayal dikit..inilah kondisi terakhir kami saat narsis dalam perjalanan menuju air terjun…


Saat dinanti telah tiba….kami sudah berada di perkampungan Air Garam, dan masih harus melewati ladang, hutan dan sungai…penduduk lokalpun mulai banyak kami temui..ada yang berkebun, mencuci hasil kebun seperti ubi dll,..tak lupa babi atau “wam” sebutan orang Papua juga berkeliaran di sungai..jadi hati2 ya kalau lewat sungai..hee…jalanpun di penuhi ranjau darat alias tai babi….haaa..itulah Papua…jrengg..jrengg….ternyata sudah tiba di air garam yang terkenal asinnya..namanya juga air garam pasti asinlah..hee..tapi kok bisa ya ada sumber di pegunungan seperti itu..??..itulah misteri..dan keatas sedikit sudah sampai air terjun yang fenomenal…biarpun tidak tinggi tapi sungguh puas dan bersyukur bisa menginjakkan kaki sampai sejauh ini….dan tak lupa selalu bersyukur ..Alhamdulillahirrobil’alamin….


Setelah puas berfoto dan bermain air, kamipun pulang untuk kembali ke bescamp di SD YPPK Hitigima. Dan hidanganpun sudah disajikan teman – teman dari Unmul..sungguh kami tamu yang beruntung..hee..sebelum pulang kami berpamitan untuk kembali ke kota Wamena untuk beristirahat dan memulai merencanakan lagi jadwal selanjutnya..hee..kami berfoto bersama untuk mengabadikan pertemuan kami yang mungkin sulit untuk di ulang tapi akan mudah untuk di kenang..heee..inilah personil yang terdiri dari SM3T UNNES, UNIMED dan UNMUL…semoga catatan kecil ini bermanfaat..dan mohon maaf apabila dalam menyajikan kata kurang berkenan..Salam SM3T…!!








Saturday, 16 October 2010

SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA MEMPRIHATINKAN

Judul: Sistem Pendidikan Indonesia Memprihatinkan
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian SISTEM PENDIDIKAN / EDUCATION SYSTEM.
Nama & E-mail (Penulis): Ameliasari Tauresia Kesuma, SE
Saya Guru di MAN Salatiga
Topik: Sistem Pendidikan Indonesia
Tanggal: 13 Agustus 2006

Sistem pendidikan saat ini seperti lingkaran setan, jika ada yang mengatakan bahwa tidak perlu UN karena yang mengetahui karakteristik siswa di sekolah adalah guru, pernyataan tersebut betul sekali, namun pada kenyataannya di lapangan, sering kali saya lihat nilai raport yang dimanipulasi, jarang bahkan mungkin tidak ada guru yang tidak memanipulasi nilainya dengan berbagai macam alasan, kasihan siswanya, supaya terlihat guru tersebut berhasil dalam mengajar, karena tidak boleh ada nilai 4 atau 5 di raport dan lain sebagainya. Mengapa guru bersikap demikian, mengapa nilai siswa-siswa banyak yang belum tuntas, salahkah guru?? Jawabannya bisa ya bisa tidak, bisa ya karena mungkin guru tersebut tidak memiliki kompetensi mengajar yang memadai, bisa tidak, karena sistem pendidikan Indonesia mengharuskan siswa mempelajari bidang studi yang terlalu banyak. Rata-rata bidang studi yang harus mereka pelajari selama satu tahun pelajaran adalah 16 bidang studi, dengan materi untuk tiap bidang studi juga banyak, abstrak dan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.

Terus terang dalam hal ini saya lebih senang menyalahkan sistem pendidikan Indonesia, sistem pendidikan kita terlalu memaksa anak untuk dapat menguasai sekian banyak bidang studi dengan materi yang sedemikian abstrak, yang selanjutnya membuat anak merasa tertekan/stress yang dampaknya membuat mereka suka bolos, bosan sekolah, tawuran, mencontek, dan lain-lain. Yang pada akhirnya mereka tidak dapat mengerjakan ujian dengan baik, nilai mereka kurang padahal sudah dilakukan remidi, dan supaya dianggap bisa mengajar atau karena tidak boleh ada nilai kurang atau karena kasihan beban pelajaran siswa terlalu banyak, kemudian guru melakukan manipulasi nilai raport. Nilai raport inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk memperoleh beasiswa atau melanjutkan kuliah atau ikut PMDK dan lain sebagainya. Tahukah siswa akan kenyataan pahit ini? Lalu apakah UN solusi untuk melihat kemampuan siswa? Bukan, karena UN tidak adil, bahwa kemampuan siswa tidak dapat distandardisasi.

Saya yakin Allah menciptakan manusia tidak ada yang bodoh, yang ada adalah kita terlambat mengetahui kecenderungan kompetensi mereka, dari kecil mereka sudah dikondisikan kalau tidak boleh dibilang dipaksa, untuk melakukan atau mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan psikologi mereka.

Menurut saya mendidik adalah mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kehidupan nyata, kehidupan nyata adalah kehidupan dimana mereka sudah tidak lagi bergantung pada orang tua, kehidupan dimana mereka dapat menyelesaikan sendiri segala masalah yang mereka hadapi dengan bijaksana.

Saya jadi ingat petikan tulisan pada buku "Sekolah itu Candu": Pendidikan harus berorientsi kepada pengenalan realitas, yang obyektif maupun subyektif karena kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah fungsi dialektis dalam diri manusia sehubungan dengan kenyataan yang sering bertentangan yang harus dipahami dan dihadapinya. Proses pendidikan adalah memanusiakan manusia.

Kembali lagi dengan masalah UN, kompetensi manusia tidak bisa distandardisasi dan di rangking, semua memiliki kelebihan dan kekurangan, kalaupun mau dipaksakan ada standardisasi, sistem pendidikan Indonesia diperbaiki terlebih dahulu, standardisasi dikenakan pada kelompok yang memiliki kompetensi dasar sama, itu baru adil.

Sesungguhnya banyak sekali pemerhati pendidikan di Indonesia yang sudah menyadari hal ini, banyak sekali tulisan-tulisan mereka, baik pada artikel-artikel pendidikan, bahkan buku-buku pendidikan, namun pemerintah seolah menutup mata akan ide-ide cemerlang mereka. Sistem pendidikan kita adalah alat pemuas kebutuhan pemerintah, dan orang tua, bukan sistem yang dibuat sesuai kebutuhan siswa. Siswa secara tidak sadar dibelenggu oleh pemikiran-pemikiran yang ditanamkan orang tua dan pemerintah bahkan guru, padahal mereka manusia merdeka yang bebas menentukan nasibnya sendiri.

Beberapa tahun terakhir ini, beberapa teman mulai menerapkan home schooling pada anak-anak mereka, seorang teman melakukannya karena permintaan putranya yang berusia 14 tahun, karena si anak merasa sekolah membosankan, menghabiskan waktu dan tidak dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya, tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya, oleh karenanya dia memutuskan untuk tidak bersekolah, dia lebih tertarik tenggelam dalam buku-buku bacaannya. Bersyukurlah si anak karena dia memiliki orang tua yang bisa mengerti bahwa sekolah bukan satu-satunya jalan untuk mencerdaskan anaknya. Menarik rasanya membaca tulisan Roem ini: "Tak kurang dua belas tahun waktu diselesaikan untuk bersekolah. Masa yang relatif panjang dan menjemukan, jika sekedar mengisinya dengan duduk, mencatat, sesekali bermain dan yang penting mendengarkan guru ceramah di depan meja kelas. Lewat sekolah orang bisa meraih jabatan sekaligus mendapat cemooh. Ringkasnya sekolah mampu mencetak manusia menjadi pejabat tapi juga penjahat. Masih pantaskah sekolah untuk mengakui peran tunggalnya dalam mencerdaskan seseorang".

Ternyata banyak pilihan yang bisa dilakukan oleh seorang siswa, terlepas apakah orang tua bisa mengerti ataupun tidak keinginan putra-putrinya. Tidak bersekolah memang keputusan yang sangat berat, berbagai macam keberatan akan muncul, bagaimana dengan diskusi, bagaimana dengan penyamaan persepsi terhadap suatu permasalahan, jika tidak bersekolah, bagaimana dapat menemukan lingkungan yang kondusif untuk belajar, atau yang lebih umum, karena bangsa kita adalah bangsa yang gila gengsi dan gelar, bagaimana dengan pekerjaan, jika tidak punya gelar. Puih inilah yang paling menjijikan, sekolah hanya untuk mencari gelar??.

Pada siswa, pertama kali yang saya tanyakan ketika masuk kelas adalah apa kesukaan mereka dan apa keinginan mereka, berbagai macam jawaban terlontar disana, dan sebagian besar dari mereka memiliki keinginan yang ditentang oleh orang tua. Memprihatinkan bukan? Ada seorang siswa saya yang suka kebut-kebutan di jalan, dimarahilah dia habis-habisan? Pernahkan orang tua menanyakan mengapa mereka melakukan itu? Siswa saya ini sebenarnya sangat mahir memodifikasi motor. Sesungguhnya bisa khan orang tua berdiskusi mencari solusi terbaik, tanpa memarahinya habis-habisan.

Jika memang tetap sekolah yang akan dijadikan satu-satunya alat untuk mencerdaskan seseorang, maka sistem pendidikan Indonesia harus diubah, tidak boleh memaksakan siswa, kurikulum disesuaikan dengan kompetensi dasar masing-masing siswa, bidang studi yang diajarkan tidak terlalu banyak dan materi untuk tiap bidang studi disesuaikan dengan perkembangan siswa. Ubo rampe yang lain seperti fasilitas pendidikan dan kesejahteraan guru mestinya ikut ditingkatkan. Subsidi pendidikan diperbesar, pungutan dan pemotongan dana dan lain-lain dihapuskan.

Bagi siswa yang berani mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan sekolahnya, yang menyadari bahwa UN bukan segala-galanya, yang menyadari bahwa belajar bisa dimana saja sesuai dengan keinginan, minat dan kebutuhannya, salut buat mereka, percayalah gelar bukan jaminan keberhasilan seseorang. Banyak sarjana menganggur, belum menyadari apa keinginan dan minat mereka, karena selama ini disadari atau tidak mereka telah dijadikan robot sistem pendidikan Indonesia. 

Laporan Studi Khasus Siswa ABK

LAPORAN STUDI KASUS
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(Tunadaksa)
Di SD LB Mangunsari
Kelas VD
Dosen Pembimbing :
Ratih Indriasari, S.Psi,MM
 
Disusun oleh :
1. Hadi Siswanto (292008041)
2. Erikawati (292008154)
3. Yeliana Putri (292008052)
4. Siti Maemunah (292008123)
5. Rahmita Dwi C. (292008112)
6. Hermawan (292008191)
 
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2008
 
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus” ini.
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui sifat dan karakteristik yang termasuk kategori Anak Berkebutuhan Khusus. Selama penyusunan tugas ini banyak mengalami hambatan dan rintangan, atas bantuan semua pihak akhirnya tugas ini dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Ratih Indrianasari,S.Psi,MM, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing penulis dalam belajar.
2. Bapak Kepala Sekolah SD LB Mangunsari yang telah memberikan izin observasi kepada kami.
3. Bapak dan Ibu guru SD LB Mangunsari, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi bagi kami.
4. Siswa – siswi SD LB Mangunsari yang telah bersedia diwawancarai serta memberikan informasi kepada kami untuk bahan pembuatan laporan.
5. Teman – teman kelompok yang telah membantu dalam observasi dan pembuatan laporan ini.
6. Pihak-pihak yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu.

kami menyadari dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan yang terjadi, dan oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan tugas ini dan untuk tugas-tugas berikutnya yang akan kami buat. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Salatiga, 25 September 2009
Ttd
Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak – anak berkebutuhan khusus, adalah anak – anak yang memiliki keunikan tersendiri dari jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak – anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hahekat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakekat anak berkebutuhan khusus, maka kita sebagai calon guru akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.
Dan untuk kepentingan penanganan baik pendidikan maupun pengajaran dan therapy terhadap anak berkebutuhan khusus, maka diperlukan observasi maupun penelitian untuk mengenali anak berkebutuhan khusus, dan khususnya anak tuna daksa. Karena, kita melakukan observasi di SD LB Mangunsari, Salatiga pada Bayu siswa kelas VD yang mengalami kecacatan pada kakinya atau disebut dengan anak tuna daksa.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
1. Mengetahui yang termasuk Anak Berkebutuhan khusus
2. Mengenal langsung jenis kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus
3. Mengetahui faktor penyebab terjadinya kelainan
4. Mengetahui dampak terjadinya kelainan

Tujuan Khusus:
1. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
2. Memberikan semangat dan dorongan kepada kita untuk menjadi guru yang profesional
3. Memberikan acuan kepada kita sebagai calon guru untuk mengetahui karakteristik Anak Berkebutuahan Khusus
C. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dalam analisis studi kasus ini antara lain:
1. Dapat mengetahui apa saja jenis Anak Berkebutuhan Khusus
2. Melatih diri untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman hidup
3. Untuk lebih mendalami materi kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang diberikan oleh dosen pengampu

D. Rumusan Masalah
Sebagai calon guru di sekolah dasar, tentu diharapkan memiliki pemahaman dan kepekaan terhadap kondisi masing – masing siswa sebagai muridnya. Perkembangan dan kemajuan belajarnya, yang dapat dideteksi setiap saat selama proses kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung. Di sini peran guru, khususnya guru kelas sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Umumnya guru memilki catatan atau rekaman tentang perkembangan masing – masing siswa, bagaimana kondisinya dan kebutuhan apa yang diperlukan, terlebih untuk anak – anak berkebutuhan khusus.Maka untuk mengenali hal itu kelompok kita ingin mengetahui salah satu kelainan mengenai :
1. Apakah yang di maksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Bagaimanakah Anak Tunadaksa itu?
3. Seperti apa faktor penyebab dan dampak bagi siswa yang mengalami Tunadaksa?

E. Metodologi Penelitian
Metode-metode penelitian yang kami gunakan dalam mendapatkan data dan analisis kasus antara lain:
1. Metode Observasi
Dalam metode ini penulis melakukan observasi terhadap pelaku. Hal ini dilakukan dengan cara mendatangi dimana pelaku bersekolah tepatnya di SD LB Mangunsari, salatiga.
2. Metode Wawancara
Dalam metode ini penulis melakukan wawancara terhadap pelaku untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis studi kasu
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROFIL BAYU NOVEMBRI ADADIKAN

Bayu Novembri Adadikan adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus, yang bersekolah di SLB Mangunsari kelas VD. Bayu lahir 18 November 1998 dari pasangan John Adadika dan Triverna Martini, jadi sekarang dia berusia 11 tahun. Dia anak ke-3 dari 4 (empat) bersaudara. Pekerjaan ayahnya sebagai LSM dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Bayu tinggal bersama orang tuanya di banjaran RT 01/RW 12.
Bayu lahir tidak normal atau dikenal dengan lahir prematur sehingga mengalami kelumpuhan pada kakinya. Pertumbuhan dan perkembangan Bayu juga tidak berjalan dengan baik jika dilihat dari bentuk fisik Bayu. Kelumpuhan Bayu ini membuat Bayu tidak bisa berjalan dengan normal seperti kakak dan adiknya. Bayu berjalan sengan merangkak menggunakan kedua tangan dan kedua kakinya yang kurang sempurna. Sedikit demi sedikit akhirnya Bayu bisa berjalan tetapi berbeda dengan anak yang lainnya. Bayu berjalan seperti kelainan kaki ”Leter X”, itupun harus dibantu oleh orang lain dan biasa juga merambat lewat tembok atau pagar.

Kondisi tubuh Bayu sering melemah karena sering sakit-sakitan seperti penyakit Flek, Mimisan, Flu, Batuk dan Pusing seperti yang dialami ke-3 saudaranya yang lain. Ini dikarenakan faktor keturunan dari ibunya yang juga mengalami kelemahan secara fisik.

Walaupun berkelainan Bayu tetap memiliki cita-cita. Dia senang menekuni bidang kesenian khususnya bernyanyi dan bermain gamelan. Tak menyangka disisi kelemahannya ada banyak potensi yang dia miliki yang bisa dia kembangkan menjadi sesuatu yang luar biasa. Selain itu, ia juga ingin menjadi seorang dokter menunjukkan bahwa ia memiliki cita-cita yang tinggi dalam hidupnya.
Hidup adalah proses, jika bisa melewati langkah demi langkah dan mampu mengatasi pasti berhasil dan mencapai tujuan yaitu sukses.

B. Analisis Studi Kasus
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukan keadaan Anak Berkebutuhan Khusus. Istilah Anak Berkebutuahan Khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability. Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak – anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi ( fisik, mental, emosi-sosial ) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesui dengan potensinya.

Seperti halnya Bayu yang mengalami cacat pada kakinya atau disebut tunadaksa, jelas dia memiliki keterbatasan pada kedua kakinya, tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan intelektual yang tidak berbeda dengan anak normal, maka untuk dapat berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan alat bantu sepeti kursi roda, kruk dll, maupun layanan pendidikan. Dengan dipenuhinya kebutuhan itu maka bayu akan dapat berprestasi sesuai dengan kapasitas intelektualnya dan mampu berkompetensi dengan anak normal.

2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Ada 3 jenis kelainan pada anak berkebutuhan khusus :
a. Kelainan mental
b. Kelainan fisik
c. Kelainan emosi

Dari ketiga jenis kelainan diatas, Bayu termasuk yang B yaitu kelainan fisik. Kelainan fisik sendiri di bagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang di karenakan polio, dan gangguan pada fungsi saraf otot yang di sebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi).

b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
Seseorang yang sudah tidak mampu memfungsikan indera penglihatannya untuk keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu buta dan low vision.

c. Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu)
Kelainan pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk memfungsikan pendengarannya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d. Kelainan wicara
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam menggungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidak sempurnaan organ wicara maupun adanya ganguan pada organ motoris yang berkaitan dengan wicara.

Dari 4 golongan diatas, bayu merupakan anak tuna daksa yaitu mengalami kecacatan pada kakinya. Sedangkan pengertian tuna daksa secara rinci adalah :
=>
Pengertian Anak Tunadaksa

Tunadakasa berasal dari kata “ Tuna “ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).

3. Faktor Penyebab Kelainan
Ada berbagai faktor penyebab yang menyumbang terjadinya anak berkebutuhan khusus. Adapun faktor – faktor tersebut meliputi :
a. Heriditer
b. Infeksi
c. Keracunan
d. Trauma
e. Kekurangan gizi
Dari Profil bayu, dapat di ketahui bahwa faktor penyebab kelainan yang dialaminya adalah Heriditer dan kekurangan gizi.
Penjelasan :
 Heriditer
Adalah faktor penyebabnya berdasarkan keturunan atau sering dikenal dengan genetik, yaitu kelainan kromosome, pada kelompok penyebab heriditer masih ada kelainan bawaan non genetik, seperti kelahiran pre-mature dan BBLR (berat bayi lahir rendah) yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram, merupakan resiko terjadinya anak berkebutuhan khusus.
 Kekurangan gizi
Masa tumbuh kembang sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama kehidupan. Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan metabolisme maupun penyakit parasit pada anak seperti cacingan. Hal ini mengingat indonesia merupakan daerah tropis yang banyak memunculkan atau tempat – tumbuh kembangnya penyakit parasit dan juga karena kurangnya asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada masa tumbuh kembang. Hal ini didukung oleh kondisi penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

Jika dipandang dari sudut waktu terjadinya kelainan dapat dibagi menjadi :
a. Pre-natal
b. Peri-natal
c. Pasca- natal
Dari ketiga diatas, waktu terjadinya kelainan yang dialami bayu berada pada pasca – natal.
Yang dimaksud pasca-natal adalah terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia perkembangan selesai (kurang lebih usia 18 tahun)

4. Dampak Terjadinya Kelainan
Dari gambaran profil Bayu di atas, akibat terjadinya berkebutuhan khusus sebagai suatu keadaan pada individu dengan kondisi mental yang lemah termanifestasikan pada bentuk keterlambatan dan ketidak seimbangan didalam segala aspek. Tantangan membimbing berkebutuhan khusus tersebut sebagai wujud dari hambatan yang dimilikinya. Hambatan itu adalah internalisasi rangsangan lingkungan berakibat bayu tidak mampu memenuhi tuntutan lingkungan secara fisiologis, psikologis dan sosiologis. Bayu mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan lingkungan tersebut sebagai dampak dari keadaan kebutuhan khususnya yang berakibat juga pada kondisi sosial psikologisnya, dan secara rinci diuraikan sebagai berikut :

a. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis, terlihat pada keadaan fisik bayu yaitu kurang mampu mengkoordinasi gerak pada kedua kakinya, dan sekarang kelas V sudah mulai dapat berjalan walaupun dibantu temannya atau merambat lewat tembok maupun pagar. Tanda keadaan fisik penyandang berkebutuhan khusus yang kurang mampu mengkoordinasi gerak antara lain : kurang mampu koordinasi sensori motor, melakukan gerak yang tepat dan terarah, serta menjaga keshatan.


b. Dampak Psikologis
Dampak psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainny, karena keadaan mental yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapannya terhadap tuntutan lingkungan. Kekurangan mampuan dalam penyesuaian diri yang diakibatkan adanya ketidak sempurnaan individu, akibat dari rendahnya “self esteem” dan dimungkinkan adanya kesalahan dalam pengarahan diri (self direction).

c. Dampak Sosiologis
Penjelasan :
Dampak sosiologis timbul karena hubungannya dengan kelompok atau individu disekitarnya, terutama keluarga dan saudara – saudaranya. Kehadiran anak berkebutuhan khusus di keluarga sebagai suatu unit sosial di masyarakat dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus merupakan musibah, kesedihan, dan beban yang berat. Kondisi itu termanifestasi dengan reaksi yang bermacam – macam, seperti : kecewa, shock, marah, depresi, rasa bersalah dan bingung. Reaksi yang beraneka ini dapat mempengaruhi hubungan antara anggota keluarga yang selamanya tidak akan kembali seperti semula.

=>
Mengenai Bayu dalam dampak sosiologis :
Didalam lingkungan keluarga, Bayu seperti anak pingit oleh karena orang tuanya, dia tidak boleh kemana-mana hanya didalam rumah, teras dan di sekolah. Dalam menghabiskan waktu dirumah Bayu hanya menonton TV dan bermain dengan saudaranya. Orang tuanya kawatir kalau terjadi sesuatu dengan Bayu karena Bayu berkelainan dan berbeda dengan anak-anak yang normal.
Oleh orang tuanya Bayu disekolahkan di sekolah khusus SLB untuk anak-anak yang berkelainan atau berkebutuhan khusus, supaya dapat mengekspresikan maksudnya dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan dan sedikit dapat dimengerti orang lain. Bayu termasuk siswa yang rajin. Dalam berbicara, membaca, menulis dan menghitung sudah cukup lancar dibanding teman lainnya karena kakaknya juga sering membantu dia disaat mengalami kesulitan belajar.
Dimata teman-teman Bayu adalah seorang anak yang baik. Bayu sering membantu temanya-temannya bila ada yang mengalami kesulitan. Dalam belajar Bayu tidak pernah tinggal kelas. Bayu memiliki semangat belajar yang tinggi, disaat Bayu sakit dia tetap masuk sekolah dan senang berada di sekolah itu. Selain bisa belajar juga bisa bermain-main dengan teman-teman satu sekolah.
=>
Dampak berkebutuhan khusus dari tiga dimensi tersebut menyebabkan pengaruh yang cukup berarti dalam kehidupan bayu. Keterbatasan dan daya kemampuan yang bayu miliki menimbulkan munculnya berbagai masalah, yaitu :
• Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari – hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri. Kondisi keterbatasan Bayu pada saat berjalan, yang belum bisa mengkoordinasi geraknya. Keadaan itu diharapkan dalam program penanganan memprioritaskan bimbingan dan latihan ketrampilan aktifitas kehidupan sehari – hari terutama memlihara diri sendiri, seperti : cara makan, menggosok gigi, mamakai baju, memasang sepatu, serta pekerjaan rumah tangga yang sangat sederhana.
• Masalah penyesuaian diri
Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dipengaruhi beberapa faktor salah satunya kecerdasan. Dalam hal ini bayu merupakan siswa yang termasuk kecerdasan rata – rata jadi tidak menimbulkan kecenderungan diisolir oleh keluarga maupun masyarakat.
• Masalah penyaluran ketempat kerja
Keterbatasan yang dimiliki Bayu merupakann problem didalam mendapatkan pekerjaan nantinya. Masalah ini perlu diprioritaskan dalam program penanganan untuk menyiapkan bayu dengan berbagai program ketrampilan yang dapat digunakan untuk mencari nafkah atau bekerja. Di SD LB Mangunsari perlu memprogramkan penyaluran kerjanya atau membentuk bengkel kerja yang terlindung (sheltered work shop)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus merupakan satu istilah umum yang menyatukan berbagai jenis kekhususan atau kelainan. Bayu adalah anak yang mengalami cacat pada kakinya atau disebut dengan anak tuna daksa. Sedangkan pengertian tuna daksa yaitu adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang di karenakan polio, dan gangguan pada fungsi saraf otot yang di sebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi). Serta ada jenis kelainan, faktor penyebab kelainan dan dampak terjadinya kelainan pada anak berkebutuhan khusus.

B. Saran

Tentunya dalam penulisan laporan hasil observasi ini masih banyak kekurangan.maka, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan dan kita manusia selalu diberi kekurangan, terimakasih.



















DAFTAR PUSTAKA

IGAK Wadani, dkk (2002), Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Johnson, BH & Skjorten, D miriam (2004), Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sebuah Pengantar, terjemahan, Bandung :Pascasarjana UPI
Depdiknas. (2006). Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa 2006. Jakarta : Direktorat PSLB
Moh Amin (1985), Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.